Sidikalang – Dalam rangka tahun Koinonia 2022, GKPPD mengadakan Pembinaan Persekutuan Pendeta dan Keluarga di Centrum GKPPD Pusat, pada Jumat (25/3/2022), dengan Pembicara Pdt. Dr. Rospita Siahaan (dosen STT HKBP Siantar). Pembinaan diawali dengan ibadah pembuka pukul 10.00 WIB, dengan pengkotbah Sekretaris Jenderal GKPPD, PDt. Johnson Anakampun, S.Th, MM. Acara resmi dibuka Bishop GKPPD, Pdt. P. Abednego Padang Bth, Mth dan ditutup oleh Kepala Departemen Koinonia, Pdt. Nur Aisiyah Manik, S.Th pada pukul 16.00. Peserta yang berjumlah 60 orang sangat antusias dalam mengikuti seminar. Pembinaan dilakukan sebanyak 3 sesi, yaitu pendeta dan pasangan (suami/istri) serta pendeta dan calon pendeta yang belum menikah.

Di sesi pertama, Pdt. Dr. Rospita Siahaan, berdasarkan pengalamannya ketika kanak-kanak, menyebutkan di setiap rumah pelayan, termasuk para penatua selalu dilakukan ibadah keluarga. Hal ini terlihat dari Alkitab, Almanak dan Buku Nyanyian yang terletak di ruang tamu serta terdengar suara nyanyian setiap pagi.

Apakah kebiasaan yang baik ini masih dilakukan masa kini, itulah yang menjadi pertanyaan bagi semua pendeta. Berdasarkan Ulangan 6:4-9, orang tualah guru pertama bagi anak-anak, khususnya di bidang spiritualitas. Tidak hanya ibadah, keluarga juga perlu mempunyai waktu untuk menciptakan hubungan antara orang tua dan anak. Dahulu hubungan orang tua dan anak adalah top-down, sekarang adalah sahabat. Orang tua dapat menjadi teman hang out, teman curhat, teman bermain anak, jelasnya.  

Di sesi kedua, difokuskan kepada pasangan (Suami/Istri), Pdt. Dr. Rospita Siahaan dengan ciri khas-nya yang energik menegaskan bahwa pasangan pendeta harus mendukung suami/istrinya dalam pelayanannya dengan menjadi pendoa bagi sang pendeta serta hadir dan aktif dalam pelayanan pendeta. Pdt. Dr. Rospita Siahaan mengingatkan jangan sampai justru pasangan yang melemahkan iman pendeta dalam melayani.

Pdt. Dr. Rospita Siahaan yang tetap semangat meski sudah memasuki sesi ketiga, memaparkan tanggung jawab orang tua dalam menanamkan nilai-nilai positif kepada anak-anak. Nilai yang sangat perlu ditanamkan di era digital ini adalah jiwa social dan mental baja. Jangan sampai anak menjadi antisosial, mudah menyerah, stress, bahkan sampai depresi. Pdt. Dr. Rospita Siahaan menegaskan  penanaman nilai-nilai ini akan efektif dan efisien jika orang tua menjadi teladan. Salah seorang peserta bertanya, bagaimana memulai ibadah keluarga (Family Worship) dan waktu keluarga (Family Time) jika anak sudah terlanjur remaja. Dengan senyum Rospita merespon bahwa “Late Is Better Than Never”. Berapapun usia anak sekarang tidak ada kata terlambat untuk memulai ibadah keluarga dan waktu keluarga.


Bagikan Postingan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *